Kurang lebih pada tahun 1950, datanglah sekelompok masyarakat berjumlah kecil dari daerah Banyuwangi, Blitar, hingga Yogyakarta ke Desa Sidomulyo. Pada saat itu masih dalam keadaan tidak berpenghuni atau dalam bentuk hutan dan mereka berpandangan masih memungkinkan untuk ditempati. Lalu mereka langsung membangun beberapa pondok, model tinggi bertangga untuk dijadikan sebagai peteduhan bahkan tidur dan mereka menyebutnya pasanggarahan.
Setelah itu, kelompok masyarakat yang berdatangan tersebut melakukan pembabatan hutan dan mereka yakin bahwa usaha mereka dalam membabat hutan itu akan berhasil dengan kekompakan persatuan di siang hari hingga kerja keras mereka membuahkan hasil menjadi hutan Desa Sidomulyo yang bisa dihuni serta banyak hasil hutan yang bisa digunakan untuk kebutuhan pangan.
Mereka yang tinggal di hutan bukannya aman, melainkan juga berbahaya bagi mereka karena terdapat binatang-binatang buas seperti harimau, ulat, babi hutan dan lain sebagainya yang bisa mengancam mereka. Lalu kelompok masyarakat tersebut memiliki inisiatif demi keamanan dan keselamatan mereka dengan dibuatnya peraturan. Peraturan tersebut merupakan Masyarakat harus berhenti bekerja pada jam 16:00 WIB atau jam 4 sore dengan ditandai bunyi kentongan.
Di jaman itu masyarakat yang memiliki keistimewaan (Kesaktian) dianggap orang yang terkemuka dan orang tersebut akan diberikan tuga dan tanggung jawab untuk menjaga keselamatan kelompok masyarakat yang ada di daerah tersebut dari ancaman maut.
Sebelum menjadi Desa Definitif seperti saat ini, Desa Sidomulyo merupakan sebuah dusun dari Desa Garahan. Nama Desa Sidomulyo sendiri (menurut Sesepuh) mengandung makna “Sido” yang memiliki arti Jadi atau Menjadi. Sedangkan kata “Mulyo” artinya Mulia atau sejahtera. Dan jika digabungkan “Sidomulyo” artinya menjadi Mulia atau Sejahtera dengan harapan bahwa masyarakat Sidomulyo bisa menjadi masyarakat yang mulia dan sejahtera. Gemah Ripah Lohjinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo.
Sebelumnya, Wilayah Sidomulyo terkenal dengan sebutan “Jaranan” karena di wilayah ini terdapat Dinas Peternakan yang pada saat itu Kuda atau Jaran menjadi sentra pengembangan utama. Di samping itu secara kebetulan juga, di wilayah Sidomulyo juga terdapat sebuah kesenian rakyat yang cukup berkembang dan popular yaitu kesenian jaranan.
Desa Sidomulyo dulunya juga dikenal dengan sebutan “Selasaan” atau “Selosoan”. Hal ini dikarenakan di Sidomulyo terdapat sebuah pasar tradisional yang mempunyai kegiatan setiap haro selasa. Dan sampai saat ini, pasar tersebut menjadi urat nadi perekonomian masyarakat Desa Sidomulyo.
Desa Sidomulyo merupakan desa ke-9 di wilayah kecamatan silo dan Desa Sidomulyo merupakan desa pecahan dari Desa Garahan sejak tahun 1990 lalu menjadi Desa definitive pada tahun 1994. Dan sejak itu mengangkat seorang kepala desa yang dipandang cakap serta mampu memimpin dan melaksanakan tugasnya.
Daftar Nama-nama Kepala Desa Sidomulyo dari zaman ke zaman.
No | Nama | Masa Jabatan | Keterangan |
1. | HOESIN | 1990-1998 | |
2. | KUSNANDAR | 1998-2000 | Pjs |
3. | Drs. SUDIONO | 2000-2008 | |
4. | MARJONO | 2008-2014 | |
5. | TOHA | 2014-2020 | |
6. | HERI LUKMAN HAKIM | 2020-2021 | Pj |
7. | KAMILUDIN S.Kep., Ners | 2021-Sekarang |